Renungan Pagi: Tuhan yang Mengikat Janji di Tengah Malam (Kejadian 15:1–21)
Pagi ini aku membaca Kejadian pasal 15, dan langsung merasa seperti bertemu dengan diriku sendiri di halaman Alkitab.
“Jangan takut, Abram, Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar.” (ayat 1)
Kalimat itu manis, tapi jawaban Abram jujur:
“Ya Tuhan ALLAH, apakah yang akan Engkau berikan kepadaku, karena aku akan meninggal dengan tidak mempunyai anak?” (ayat 2)
Abram tidak marah. Tapi ia lelah menunggu. Ia tidak menolak Tuhan, tapi ia jujur soal harapannya yang belum terpenuhi.
Dan aku suka bahwa Tuhan tidak menegurnya karena jujur. Sebaliknya, Tuhan menanggapinya dengan lembut.
Ia membawa Abram keluar.
“Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang...”
“Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.” (ayat 5)
Lalu satu ayat indah ini muncul:
“Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” (ayat 6)
Abram belum melihat bukti apa pun. Tapi ia memilih percaya. Dan Tuhan menghitung itu sebagai kebenaran.
Iman bukan selalu tentang yakin penuh, tapi tentang memilih percaya meski belum tahu hasilnya.
Tapi Abram masih punya pertanyaan lain:
“Tuhan ALLAH, dari manakah aku tahu bahwa aku akan memilikinya?” (ayat 8)
Bukankah itu juga sering jadi pertanyaanku?
“Bagaimana aku tahu semua ini akan baik-baik saja?”
“Bagaimana aku tahu bahwa Engkau tidak akan meninggalkanku?”
Lalu Tuhan melakukan sesuatu yang sangat indah.
Ia menyuruh Abram mempersiapkan persembahan.
Dan di tengah malam, saat semuanya gelap, Abram melihat api dan asap lewat di antara potongan korban itu. Itu tanda bahwa Tuhan sendiri yang mengikat perjanjian.
Biasanya, dua pihak berjalan di antara potongan itu, menandakan bahwa masing-masing akan setia. Tapi di sini, hanya Tuhan yang lewat.
Artinya: “Jika Aku ingkar, biarlah Aku dihancurkan. Tapi kalau engkau yang gagal, Aku tetap akan setia.”
Itu janji kasih tanpa syarat.
Itu cinta yang berani menanggung segalanya sendiri.
Pagi ini aku belajar:
Tuhan menerima kejujuran, bukan hanya iman yang sempurna.
Terkadang Tuhan membawa kita keluar, bukan untuk memberi jawaban, tapi untuk menunjukkan bintang-bintang—tanda bahwa harapan masih ada.
Dan bahwa janji Tuhan tidak tergantung pada sempurnanya kita, tapi teguhnya Dia.
Comments
Post a Comment