PENGAKUAN IMAN NICEA-KONSTANTINOPEL
PENGAKUAN IMAN NICEA-KONSTANTINOPEL
Aku percaya kepada satu Allah Bapa, yang Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi, segala yang kelihatan dan yang tidak kelihatan. Dan kepada satu TUHAN, Yesus Kristus Anak Allah yang Tunggal, Yang lahir dari Sang Bapa sebelum ada segala zaman.
Allah dari Allah, terang dari terang, Allah yang sejati dari Allah yang sejati diperanakan, bukan dibuat, sehakekat dengan Sang Bapa, yang dengan perantaraannya segala sesuatu dibuat yang telah turun dari surga untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita, dan menjadi daging, oleh Roh Kudus, dari anak dara Maria dan menjadi manusia, yang disalibkan bagi kita di bawah Pemerintahan Pontius Pilatus menderita dan dikuburkan; yang bangkit pada hari ketiga: sesuai dengan isi Kitab-kitab dan naik ke surga, yang duduk di sebelah kanan Sang Bapa, dan akan datang kembali dengan kemuliaan, untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati yang kerajaan-Nya takkan berakhir.
Aku percaya kepada Roh Kudus. Yang adalah TUHAN dan yang menghidupkan. Yang keluar dari Sang Bapa dan Sang Anak. Yang bersama-sama dengan Sang Bapa dan Sang Anak disembah dan dimuliakan. Yang telah berfirman dengan perantaraan para nabi.
Aku percaya kepada satu gereja yang kudus dan am dan rasuli Aku mengaku satu Baptisan untuk pengampunan dosa Aku menantikan kebangkitan orang mati dan kehidupan di zaman yang akan datang. Amin.
____________
Sahabat Gema Obor,
Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis lakukan dalam beberapa ibadah di Gereja-Gereja GMIM, serta dengan melihat berbagai contoh tata ibadah yang tersedia di internet, penulis menemukan hal menarik tentang penggunaan Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel dalam liturgi GMIM.
Dalam tradisi Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM), Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel ternyata tidak dibacakan di setiap ibadah minggu biasa. Rumusan iman ini memiliki penempatan yang khusus, tergantung pada jenis tata ibadah yang digunakan di hari atau perayaan tertentu.
Berikut beberapa ketentuan umum penempatannya:
• Dalam Tata Ibadah Bentuk III, Tata Ibadah Peneguhan Anggota-Anggota Sidi Jemaat, dan dalam Tata Ibadah Pelantikan (komisi, panitia, badan, urusan-urusan, dan tim kerja), pengakuan iman ini dibacakan sebelum khotbah.
• Dalam Tata Ibadah Hari Raya Paskah dan Tata Ibadah Hari Raya Pentakosta, pengakuan iman dibacakan sesudah khotbah dan sebelum persembahan.
• Sedangkan dalam Tata Ibadah Hari Raya Kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga, pengakuan iman ditempatkan sesudah unsur persembahan dan sebelum doa umum.
Melalui penempatan yang berbeda-beda ini, GMIM sebenarnya ingin menegaskan bahwa Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel punya peran penting dalam setiap ibadah. Rumusan iman ini bukan sekadar bacaan liturgis, tapi menjadi cara jemaat menegaskan kembali keyakinan mereka kepada Allah Tritunggal (Bapa, Anak, dan Roh Kudus) di tengah perayaan iman Kristen.
Semoga lewat tulisan sederhana ini, kita semua bisa semakin memahami bagaimana pentingnya Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel dalam tata ibadah GMIM, bukan hanya sebagai bagian dari liturgi, tapi juga sebagai pengakuan iman yang hidup di setiap hati jemaat.
Terima kasih bagi Sahabat Gema Obor yang sudah membaca sampai akhir. Jika kamu merasa mendapatkan berkat atau pemahaman baru, penulis sangat bersyukur.
Dan jika ada hal yang mungkin masih kurang, atau kamu punya tambahan informasi maupun pandangan lain, silakan tulis di kolom komentar.
Berikanlah komentar yang membangun, agar kita saling berbagi dan belajar dan kita semua semakin dikuatkan dan diperlengkapi oleh Tuhan untuk memahami iman kita dengan lebih dalam. 🙏✨
Comments
Post a Comment