Khotbah Lukas 8:4–15 "Firman yang Berbuah dalam Ketekunan"
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,
Di zaman sekarang, mendengar firman Tuhan bukanlah hal yang sulit. Kita bisa mendengarnya melalui ibadah gereja, renungan harian, YouTube, bahkan lewat media sosial lainnya. Tetapi mengapa sudah begitu banyak firman yang kita dengar, cuma sedikit yang benar-benar mengubah hidup kita?
Bacaan Alkitab kita dalam kitab Injil Lukas ini akan menolong kita menemukan jawabannya. Perumpamaan tentang Penabur.
Injil Lukas mencatat momen penting ketika Yesus mulai dikenal banyak orang. Orang-orang dari berbagai kota datang berbondong-bondong untuk mendengar Dia.
Dari antara mereka ada yang hanya penasaran, ada yang hanya mau mujizat, ada yang ingin jawaban, dan ada yang hanya sekadar ingin melihat-Nya.
Dari kesemuanya itu, Yesus melihat bahwa tidak semua hati siap menerima kebenaran. Banyak yang mendengar, tapi tidak memahami. Banyak yang mengikuti, tapi tidak berakar.
Karena itu Yesus memakai perumpamaan. Ini adalah cara mengajar yang mengundang orang berpikir, merenung, dan menggali makna terdalam Firman.
Dalam perumpamaan ini dijelaskan bahwa, Benih adalah Firman Allah dan Tanah adalah Hati manusia.
Yesus menceritakan tentang empat jenis tanah yaitu:
Pertama, Tanah di Pinggir Jalan adalah bentuk Hati yang Tidak Mau Mendengar. Mereka yang berkata, “Ah, ini kwa bukang for kita, for orang laeng ni khotbah ini.”
Setiap firman ditolak sebelum menyentuh hati. Firman terdengar, tapi tidak mau di koreksi oleh firman itu sendiri, tidak pernah masuk di hati manusia itu.
Kedua, Tanah Berbatu adalah bentuk hati yang emosional tapi tidak berakar. Menerima Firman dengan sukacita, tetapi hanya sementara. Ketika ada pencobaan, ia gugur.
Ketika ada ibadah Ret-ret pe semangat 45, manangis tasudah-sudah saat firman di dengar, waktu ada pendeta ato pengkhotbah handal kong senang saat dengar Dia ba khotbah so tasuka-suka mo dengar khotbah lama, mar serta pulang nyanda ada perubahan. Firman hanya menyentuh perasaan, tidak membangun keputusan manusia itu.
Ketiga, Tanah Berduri adalah bentuk hati yang tertelan dunia. Firman itu hidup, tapi terhimpit oleh kekhawatiran, harta, dan kenikmatan hidup.
Suka mo bertumbuh, suka sekali mo beking tu firman mar talalu sibuk deng karja, karier, doi deng status ato nama baik. Rajin skali pi Ibadah mo ibadah apapun itu, mar tu hati punung deng rencana dunia. Jadi itu Firman kalah deng ambisi manusia. Suka skali mo Iko Tuhan, mar nimau mo kehilangan kenyamanan dunia.
Keempat, Tanah yang Baik adalah Hati yang Siap Dibentuk
Inilah hati yang mau mendengar, merenungkan, dan melakukan firman hingga berbuah. Hati yang Sederhana, nyanda banya lamu, kong itu karakter Kristus nyata Skali dalam hidop karna lebe sabar, lebe mengampuni, lebe setia dalam ketekunan. Buahnya terlihat dalam hidup manusia itu sehari-hari.
Saudaraku, Yesus tidak hanya mencari pendengar firman, tetapi pelaku firman. Dan pertanyaan untuk kita pribadi bukan tentang Seberapa sering kita mendengar firman?
Akan tetapi Tanah hati seperti apakah kita ini?
Firman Tuhan tidak hanya butuh orang pintar saja. Firman Tuhan butuh orang yang tekun dan setia. Karena buah roh tidak lahir dalam satu hari saja, tetapi dalam kesetiaan setiap hari.
Tuhan menolong kita melakukan firman-nya,
AMIN.
____________
Mari terus bertumbuh dalam Firman. Temukan khotbah lainnya di blog ini ✨
Comments
Post a Comment