Renungan Pagi "Berbahagialah Bangsa yang Allahnya Ialah TUHAN" Mazmur 144:1-15
Saudaraku,
Minggu ini terasa istimewa. Ada tiga peringatan penting yang berdekatan yaitu Hari Tentara Nasional Indonesia dan Hari Guru Internasional pada 5 Oktober, serta Hari Kesehatan Jiwa Internasional pada 10 Oktober.
Tiga perayaan ini mengingatkan kita bahwa keamanan, pendidikan, dan kesehatan adalah hal yang saling berkaitan dan semuanya adalah berkat Tuhan atas bangsa.
Sebagai gereja, kita tidak berjalan sendiri. Kita diajak untuk bekerja bersama dengan masyarakat dan pemerintah, agar damai sejahtera Allah sungguh hadir bagi semua orang. Di tengah konteks inilah, kita merenungkan firman Tuhan dari Mazmur 144:1–15, dengan tema:
“Berbahagialah bangsa yang Allahnya ialah Tuhan.”
Mazmur ini berperikop tentang “Nyanyian Syukur Raja.”
Daud menulisnya bukan dari tempat yang tenang, melainkan dari tengah tanggung jawab dan peperangan. Ia sudah menjadi raja, tinggal di Yerusalem yang pada waktu itu baru ditetapkan sebagai pusat pemerintahan dan ibadah Israel. Daud tinggal di istananya di Kota Daud, bagian selatan dari Yerusalem, ia memimpin bangsa yang masih harus berjuang mempertahankan diri.
Dalam segala tekanan itu, Daud bersyukur dalam teks alkitab ini: Terpujilah TUHAN, gunung batuku,
yang mengajar tanganku untuk bertempur
dan jariku untuk berperang. (ayat 1)
Daud tahu bahwa kekuatan dan kemenangan tidak datang dari dirinya sendiri, melainkan dari Tuhan. Dan ketika peperangan usai, ia menutup dengan kalimat penuh damai:Berbahagialah bangsa yang demikian keadaannya,
berbahagialah bangsa yang Allahnya ialah TUHAN. (ayat 15)
Daud seolah ingin berkata bahwa kemenangan sejati bukan ketika musuh dikalahkan, tetapi ketika hati bangsa ini tetap berpaut pada Tuhan.
Jika minggu lalu kita merenungkan Yehezkiel 33:1–20 dengan tema “Orang bertobat dengan melakukan keadilan dan kebenaran, pasti hidup,” Tuhan menegur umat-Nya untuk kembali kepada jalan yang benar. Pertobatan sejati, kata Yehezkiel, bukan ucapan di bibir melainkan tindakan yang menegakkan keadilan dan kebenaran dalam hidup sehari-hari.
Nah, Mazmur 144 minggu ini adalah kelanjutan dari pesan itu.
Jika Yehezkiel berbicara tentang panggilan untuk berubah,
maka Mazmur menunjukkan hasil dari perubahan itu yakni kebahagiaan dan damai sejahtera bagi bangsa yang hidup di bawah pimpinan Tuhan.
Dengan kata lain, kebahagiaan bangsa dimulai dari hati umat yang bertobat. Ketika umat hidup dalam keadilan dan kebenaran, bangsa itu pun akan menikmati berkat Allah keamanan, kemakmuran, dan kesejahteraan sejati.
Kita mungkin tidak berperang seperti Daud,
tetapi kita menghadapi “peperangan” yang berbeda yaitu melawan egoisme, ketidakadilan, kebencian, dan ketidakpedulian.
Tuhan yang sama memanggil kita untuk menjadi umat yang memancarkan kasih, kebenaran, dan damai dalam kehidupan bermasyarakat.
Bangsa yang Allahnya ialah Tuhan bukan hanya soal nama atau simbol di KTP, tetapi tentang cara hidup yang memuliakan Allah. Tentang bagaimana kita memperlakukan sesama, menegakkan keadilan, dan menjaga kehidupan dengan kasih.
Minggu ini, ketika kita memperingati hari Tentara, hari Guru, dan hari Kesehatan Jiwa, mari kita belajar dari Daud yang bersyukur, dan dari Yehezkiel yang menyerukan pertobatan.
Kita diajak untuk terus menjadi umat yang hidup benar,
bekerja dengan hati yang tulus dan membawa damai dalam setiap tugas kerja yang kita jalani.
Sebab hanya pribadi manusia yang mengenal Tuhan yang menaruh kepercayaannya kepada-Nya yang akan sungguh berbahagia.
Kiranya setiap langkah kita hari ini menjadi bukti bahwa bangsa ini sungguh berbahagia, karena Allahnya adalah TUHAN.
AMIN.
_________________
Terima kasih sudah membaca 😇
Jangan lupa lihat juga renungan lainnya di blog ini ✨
Comments
Post a Comment