KHOTBAH Yehezkiel 33:1–20 “Orang Bertobat dengan Melakukan Keadilan dan Kebenaran Pasti Hidup”
Shalom, damai di hati.
Firman Tuhan hari ini mengajak kita merenungkan pesan yang dalam dari kitab Yehezkiel. Tuhan berbicara kepada Yehezkiel tentang peran seorang penjaga. Penjaga itu bertugas meniup sangkakala ketika bahaya datang. Kalau ia tidak meniup sangkakala, maka darah orang yang binasa akan dituntut darinya. Tapi kalau ia sudah meniup sangkakala, lalu orang tidak mendengar, maka orang itu menanggung akibatnya sendiri.
Gambaran ini terasa sederhana, tetapi sesungguhnya sangat serius. Sebab, peran penjaga bukan hanya soal melihat bahaya, tapi soal tanggung jawab terhadap kehidupan orang lain. Dan ini yang Tuhan tekankan juga kepada umat Israel: bahwa hidup mereka tidak bisa hanya dipenuhi alasan, kesenangan, atau kepentingan pribadi. Ada tanggung jawab di hadapan Tuhan.
Kita hidup di zaman yang serba cepat, serba canggih, dan serba instan. Di satu sisi, kemajuan zaman membawa banyak manfaat. Tapi di sisi lain, nilai-nilai iman, rasa memiliki terhadap gereja, bahkan kecintaan terhadap bangsa sering kali terkikis. Orang lebih mengejar kenyamanan, jabatan, keuntungan, dan kesuksesan, bahkan kalau perlu dengan mengorbankan nilai-nilai iman. Hidup takut akan Tuhan mudah sekali tergeser oleh sikap “yang penting untung.”
Yehezkiel mau mengingatkan tentang Tuhan tidak menghendaki kematian orang fasik, melainkan supaya mereka bertobat dan hidup. Artinya, harapan selalu terbuka. Tetapi syaratnya jelas yaitu pertobatan itu harus terlihat dalam keadilan dan kebenaran.
Pertobatan bukan sekadar penyesalan. Pertobatan adalah perubahan arah hidup. Kalau dulu kita berjalan di jalan yang salah, lalu kita berhenti dan memilih jalan yang benar, itu baru pertobatan.
Tuhan menyebut Yehezkiel sebagai penjaga. Tapi sesungguhnya, peran ini juga berlaku bagi kita semua yaitu sebagai pelayan khusus di gereja kita dipanggil menjaga iman jemaat lewat keteladanan, kita dipanggil menjadi suara kenabian di tengah bangsa yang menghadirkan suara keadilan dan kebenaran, begitupun kita sebagai orang tua di keluarga, kita harus menjaga anak-anak kita agar tidak terseret arus dunia yang menyesatkan, bahkan sebagai warga negara. Kita dipanggil untuk tidak diam saat melihat ketidakadilan, tidak berpaling muka saat melihat ketidakbenaran. Kalau kita diam, maka kita sama saja dengan membiarkan.
Karena hidup seperti itulah yang menyatakan identitas kita sebagai umat Allah. Kita bisa saja mengikuti arus dunia, mengejar kesuksesan, kenyamanan, dan kesenangan. Tetapi, akhirnya semua itu fana. Sedangkan kebenaran dan keadilan Tuhan kekal.
Saudaraku, hidup bertobat artinya setiap hari kita memilih untuk berjalan di jalan Tuhan. Bukan hanya mengaku percaya, tapi juga berusaha adil dan benar dalam tindakan. Itulah yang menjadikan hidup kita berarti, bukan hanya bagi diri sendiri, tapi juga bagi sesama, gereja, dan bangsa.
Kiranya firman ini menolong kita untuk berani melangkah di jalan pertobatan, dengan hidup yang adil, benar, dan setia. Karena janji Tuhan jelas: “Orang bertobat dengan melakukan keadilan dan kebenaran, pasti hidup.”
Amin.
_______________
Comments
Post a Comment