Renungan Pagi: Saat Aku Sembunyi (Kejadian 3:1–24)
Baca Kitab Kejadian 3
Ada sesuatu yang sangat manusiawi dalam Kejadian pasal 3. Mungkin karena ini bukan hanya tentang Adam dan Hawa—tapi juga tentang kita. Tentangku.
Di awal pasal ini, semuanya masih tampak utuh. Damai. Hawa bercakap dengan ular. Adam ada di sana juga. Lalu satu keputusan kecil—memetik, memakan. Dan tiba-tiba semuanya berubah.
Yang menarik buatku adalah apa yang terjadi setelah itu.
> “Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.”
Aku terdiam di situ.
Mereka merasa malu. Lalu mereka berusaha menutupi diri. Lalu mereka bersembunyi dari Tuhan.
Dan aku merasa itu sangat dekat.
Aku juga begitu, kan?
Saat tahu aku salah, saat kecewa pada diriku sendiri, saat merasa gagal... aku sering menarik diri. Berpura-pura tidak ada yang terjadi. Sibuk mengalihkan pikiran. Atau malah mencoba “menjahit cawat” versi sendiri—menutupi rasa bersalah dengan usaha keras, pencapaian, atau hal-hal yang terlihat baik di luar.
Tapi Tuhan datang. Seperti biasa.
> “TUHAN Allah berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk...”
Itu ayat yang indah. Tuhan tetap datang, meskipun Ia tahu apa yang terjadi. Ia tidak datang sambil menggelegar marah dari langit. Ia datang dalam waktu sejuk—sore hari yang tenang, seperti seseorang yang mencari teman dekat untuk berjalan bersama.
> “Di manakah engkau?”
Tuhan tahu persis di mana mereka. Tapi pertanyaan itu bukan untuk informasi—itu undangan. Pertanyaan lembut yang seperti berkata: “Aku tahu kau sedang sembunyi. Tapi aku tetap ingin dekat denganmu.”
Dan aku merasa ditanyai juga.
“Di mana kamu?”
Bukan secara lokasi, tapi secara hati.
Apakah aku sedang menjauh? Apakah aku sedang malu, kecewa, takut?
Lalu tentu, ada konsekuensi dari pilihan mereka. Tanah menjadi terkutuk, relasi menjadi rusak, dan akhirnya mereka harus keluar dari taman. Tapi bahkan di situ pun, Tuhan tetap menunjukkan kasih-Nya.
> “Dan TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan isterinya itu, lalu mengenakan kepada mereka.”
Mereka menutupi diri dengan daun—sementara Tuhan memberi pakaian yang sungguh-sungguh melindungi. Bahkan setelah dosa, Tuhan tetap merawat.
🌿
Pagi ini aku belajar bahwa:
Tuhan tidak mencari yang sempurna. Ia mencari yang mau kembali keluar dari persembunyian.
Aku bisa datang kepada-Nya, bahkan dengan rasa malu, gagal, atau takut.
Dan meski ada akibat dari kesalahan, kasih Tuhan tidak pergi. Bahkan ketika manusia diusir dari taman, kasih-Nya tetap berjalan bersama mereka.
Mungkin hari ini aku tidak dalam titik terbaik. Tapi Tuhan tetap bertanya dengan suara lembut,
> “Di mana kamu?”
Dan aku ingin menjawab,
> “Aku di sini, Tuhan. Masih belajar. Tapi aku tidak ingin sembunyi lagi.”
Terima kasih karena Engkau tetap mencari.
Tetap menunggu.
Tetap mengasihi. ♥️
Comments
Post a Comment